Di dunia ini banyak hal wajar yang masih bisa diserap oleh logika.
Masih bisa dicerna oleh akal pikiran dan masih bisa diterima kemudian oleh hati. Semua hal wajar itu, aku yakin aku masih bisa menerimanya.
Tapi, aku tak pernah mengerti dengan kamu.
Akalku tak pernah bisa menerima.
Pikiranku tak bisa mencerna. Otak yang biasanya bekerja hampir sempurna, kini tak bisa lagi mengenal. Mati akan pikiran, bukanya mati akan rasa.
Otak, sebagai penggerak semua anggota tubuh, pengontrol pikiran dan penjernih iman. Tapi, setiap membicarakan kamu seperti tak ada lagi memori yang harus diingat, tak ada memori yang tertinggal dalam pikiran.
Banyak memori hilang berterbangan bebas melayang entah kemana. Banyak memori yang terkubur dan telah membusuk sekian lamanya tanpa harus digali lagi. Sungguh tak pantas bila aku menangkap kembali burung yang telah bebas di alam, sungguh tak pantas aku menggali mayat yang telah terkubur dan tenang disana. Hal itu tak pernah bisa dicerna oleh akal sekalipun.
Masih bisa dicerna oleh akal pikiran dan masih bisa diterima kemudian oleh hati. Semua hal wajar itu, aku yakin aku masih bisa menerimanya.
Tapi, aku tak pernah mengerti dengan kamu.
Akalku tak pernah bisa menerima.
Pikiranku tak bisa mencerna. Otak yang biasanya bekerja hampir sempurna, kini tak bisa lagi mengenal. Mati akan pikiran, bukanya mati akan rasa.
Otak, sebagai penggerak semua anggota tubuh, pengontrol pikiran dan penjernih iman. Tapi, setiap membicarakan kamu seperti tak ada lagi memori yang harus diingat, tak ada memori yang tertinggal dalam pikiran.
Banyak memori hilang berterbangan bebas melayang entah kemana. Banyak memori yang terkubur dan telah membusuk sekian lamanya tanpa harus digali lagi. Sungguh tak pantas bila aku menangkap kembali burung yang telah bebas di alam, sungguh tak pantas aku menggali mayat yang telah terkubur dan tenang disana. Hal itu tak pernah bisa dicerna oleh akal sekalipun.