Aku terlahir dari sebuah keluarga kecil yang menurutku
adalah keluarga harmonis, mulanya.
Ayah dan Ibu, mereka sudah menikah selama 13
tahun dan umurku saat itu adalah 12 tahun.
Aku memiliki seorang adik laki-laki
dan ia berbeda 5 tahun dari umurku.
Dengan 4 anggota keluarga, aku rasa aku
memiliki orang-orang yang cukup untuk menyayangiku.
Ayah dan Ibu kulihat selalu bahagia, tapi entah mengapa
mereka lebih sering menghabiskan waktu untuk saling berargumen. Adikku yang
saat itu berumur 7 tahun masih tidak mengerti apa-apa.
Selagi ayah dan ibu
saling cekcok dan berbeda pendapat, aku hanya bisa melihat mereka dari jauh
sembari memikirkan apa yang harus aku lakukan.
Saat itu, aku selalu menggunakan
alasan aku ingin tidur atau adik sudah mengantuk. Hal itu aku lakukan agar
mereka tidak semakin bertengkar.
Ayah dan Ibu akhirnya memutuskan untuk bercerai.
Ibu memutuskan untuk bercerai dengan Ayah hanya karena ia
sering melempar puntung rokok ke pot tanaman ibu, yang menurutku tidak begitu
terurus. Meskipun ibu selalu mengingatkan ayah tiap hari. Bahkan sampai
beberapa kali sehari, tapi ayah terus melakukan hal itu berulang-ulang.
Terlihat sepele memang, tapi hal itu selalu mengarah pada pertengkaran besar.
Belum lagi, banyak sekali kebiasaan ‘sepele’ ayah yang selalu jadi bahan omelan
ibu setiap hari.
Ayah yang selalu melempar kaos kaki sembarangan, ayah yang gak
suka mandi, gak punya waktu temenin Ibu, gak inget ulang tahun ibu, pernikahan
mereka.
Meskipun ibu sudah memperingatkan berkali-kali, ayah tetap
gak berubah.
Saat ibu memutuskan untuk bercerai, keluargaku marah besar.
Terutama nenek.
Nenek melihat sosok ayahku adalah seorang lelaki yang tampan, gagah
dan pandai mencari uang. Menurut nenek, Ibuku akan merasa cukup bersama ayah
dan nenek melihat tak ada alasan mengapa ibu harus bercerai dengan ayah. Menurut nenek juga ibuku terlalu pintar, sampai-sampai hal sepele dipermasalahkan.
Nenek-ku marah besar bahkan kepada putrinya yang mengambil langkah untuk
bercerai.
Kakak dan adik Ibuku selalu datang kerumah semenjak itu. Selalu
mencoba membujuk ibuku agar perceraian itu tidak terjadi.
Hingga tiba saatnya Ayah dan Ibuku bercerai. Aku dan adik-ku
ikut bersama ibuku. Ibuku tidak begitu kekurangan karena dia mendapatkan
pekerjaan tetap.
Aku ingat kata-kata ibuku saat kami pergi dari rumah, sambil menangis
ibu berkata:
“Seumur hidup itu waktu yang panjang”
Dan sekarang aku sudah tumbuh dewasa.....
Ibuku sudah memiliki suami baru, aku memanggil beliau dengan
sebutan Papah.
Papah tiriku memang tidak segagah ayah, tapi aku bisa melihat
senyuman Ibu lebih bahagia dan tulus selama bersama Papah. Perawakan papah tak
begitu tinggi, tapi ada lesung pipi setiap kali Papah tersenyum.
Papah sosok yang hangat. Aku melihat beliau adalah orang
yang lemah lembut kepadaku dan juga adikku. Papah lebih sering menghabiskan
waktu dirumah.
Tak jarang ketika aku pulang ke rumah setiap sore Papah mengajak
Ibu jalan-jalan. Bahkan Papah merawat pot tanaman ibu yang dulu ibu
permasalahkan bersama Ayah.
Tiap hari, Papah melakukan hal-hal sederhana untuk
ibu.
Suatu hari, Ibu masuk Rumah Sakit. Ayah senantiasa merawat
ibu setiap hari.
Ayah selalu menunggu ibu dan mengajak ngobrol Ibu agar Ibu
tidak merasa jenuh. Tiap hari ayah mengganti bunga disamping meja tempat ibu
tidur. Ayah selalu menggantikanku menjaga ibu. Ayah bahkan tidak pernah lepas
untuk tidak menyuapi ibu setiap saat ibu harus makan untuk minum obat.
Waktu aku pergi kesana, ada sebucket bunga lily disamping
ranjang ibu dan diatas meja ada buah yang sudah dipotong, sedangkan papah
tiriku duduk disebelah ibuku sambil membaca buku.
Seorang ibu yang ada di
ranjang sebelah Ibuku dan menatap ibu dengan iri.
Darisitu, aku memahami apa yang ibu sebut dengan “Seumur
hidup itu waktu yang lama”.
Pernikahan bukan cuma perlu dua orang yang baik tapi perlu
dua orang yang nyaman satu sama lain. Karena seumur hidup itu terlalu panjang,
maka penting sekali untuk menikahi orang yang nyaman, bukan hanya orang yang
baik.
Setiap kita memiliki sifat berbeda, maka kita membutuhkan orang berbeda
untuk melengkapi pernikahan kita.
Bukan hanya rasa cinta saja yang dibutuhkan ketika ada dua
orang yang menyatukan sebuah hubungan. Meskipun orang bilang Ibuku terlalu
sensitif, aku rasa ibu hanya perlu seseorang yang bukan hanya mencintainya tapi
juga saling menjaga.
Rasa cinta bukan satu-satunya –patokan seseorang untuk
menikah, menjalin hubungan dan akhirnya memiliki anak, membangun keluarga.
Harus ada rasa nyaman didalam-nya. Sekarang, aku tahu apa yang ibu rasakan. Aku
bahkan bahagia melihat ibu bersama Papah, kadang aku menangis melihat mereka
berdua begitu tulus.
Memang, bercerai bukanlah hal yang seharusnya menjadi tujuan
kita, kalau bisa menikah dengan orang yang tepat, kenapa harus mencoba dengan
orang yang tidak tepat kemudian bercerai?
Ternyata cinta saja tidak cukup, rasa nyamanlah yang diinginkan
setiap orang.
(Remake postingan line ‘CERAI’. Ilustrasi cerita dari
Christy)
MestiQQ Adalah perusahaan judi online KELAS DUNIA ber-grade A
BalasHapusSudah saatnya Pencinta POKER Bergabung bersama kami dengan Pemain - Pemain RATING-A
Hanya dengan MINIMAL DEPOSIT RP. 10.000 anda sudah bisa bermain di semua games.
Kini terdapat 8 permainan yang hanya menggunakan 1 User ID & hanya dalam 1 website.
( POKER, DOMINO99, ADU-Q, BANDAR POKER, BANDARQ, CAPSA SUSUN, SAKONG ONLINE, BANDAR66 )
PROSES DEPOSIT DAN WITHDRAWAL CEPAT Dan AMAN TIDAK LEBIH DARI 2 MENIT.
100% tanpa robot, 100% Player VS Player.
Live Chat Online 24 Jam Dan Dilayani Oleh Customer Service Profesional.
Segera DAFTARKAN diri anda dan Coba keberuntungan anda bersama MestiQQ
** Register/Pendaftaran : WWW-MestiQQ-POKER
Jadilah Milionare Sekarang Juga Hanya di MestiQQ ^^
Untuk Informasi lebih lanjut silahkan Hubungi Customer Service kami :
BBM : 2C2EC3A3
WA: +855966531715
SKYPE : mestiqqcom@gmail.com