Jam masih
terus berdetak, jantungku juga ikut berdetak cepat.
Entah telah berapa jam aku
menunggu kedatangan seseorang yang aku tunggu.
Entah wajahku yang pucat ini
masih bisa tersenyum lagi atau tidak.
Balutan sweater yang membalut tubuhku tak
lagi hangat seperti awal aku memakainya dirumah.
Hujan sudah membasahi separuh
tubuhku. Tanganku menjadi keriput, karena kedinginan.
Sudah
beberapa hari aku habiskan berdiri dibawah hujan menunggu seorang lelaki yang
aku harap akan datang.
Bahkan dia telah bersumpah untuk datang. Namun, apa
dikata aku hanya menghabiskan waktu menunggu cinta yang salah.
Ingat saja,
tak ada cinta yang salah, hanya orang yang datang itu tidak tepat.
Tak ada
cinta yang memaksamu untuk membenci seseorang, hanya saja orang tersebut
perlahan membuatmu membenci cinta.
Meluapkan amarah masa laluku pada seseorang
yang tulus mencintai, padahal itulah cinta yang sebenarnya. Hanya saja kali ini
benar-benar orang yang membuatku jatuh cinta, namun tidak pada saat yang tepat.
“Kamu tau gak
sih? Derajat dan harga diri cewek itu lebih tinggi dari laki-laki. Kamu jangan
mau nunggu cowo yang jelas-jelas gak sayang sama kamu” katanya. Aku masih
tertegun mendengar perkataan lelaki yang sering aku hampiri tiap aku ada
masalah, melihatku setiap hari mengeluh-ngeluh tentunya mengenai seorang lelaki
yang aku suka namun laki-laki itu mengabaikanku.
Puluhan kali
aku jatuh bangun, puluhan kali aku menggenggam rasa yang hampir pudar namun tak
rela aku lepaskan.Puluhan kali dia menggoreskan luka dihati setajam silet yang
terus menghujat lapisan kulit yang tipis. Puluhan kali mata yang harus rela
bengkak demi seseorang yang tak pernah aku relakan untuk berbagi bersama yang lain.
Puluhan kali tangan ini mencoba menghapus air mata yang terjatuh melewati dagu
ini.
Puluhan kali aku menerka tangisan yang diakhiri dengan teriakan. Puluhan
kali bahu ini lelah menumpu kasih yang tak pernah berujung pembalasan cinta.
Selama itu juga, puluhan kali aku mencoba melupakan namun semuanya tak pernah
bisa. Tampak jelas dan kontras aku masih belum bisa melepaskan atau melupakan
bayang-bayangnya dibenaku.
Ingin rasanya
aku menangis didepan dia mencurahkan segala yang ingin aku curahkan. Bercerita
tentang hari-hari yang aku lalui menangisi semua hal tentangnya. Mencurahkan
luka sayatan yang telah ia buat. Menerjemahkan kata hati yang tertumpuk didalam
bebatuan kasar hati ini. Aku selalu berharap hal itu bisa terjadi, namun tidak.
Aku tidak pernah cukup kuat mengatakan hal itu.
Hampir ribuan
kali aku mendengar kalimat itu, kalimat yang sering diucapkan oleh orang yang
sering aku lihat dan aku temui tiap hari. Aku baru tersadar, ternyata orang
yang aku abaikan itu adalah orang yang paling aku cintai. Orang yang
berpuluh-puluh kali aku abaikan padahal dia selalu ada disampingku.
Orang yang
selalu mencoba menyeka air mata dipipiku. Orang yang selalu mencoba membuatku
tersenyum ketika hanya ada tangisan yang semakin muncul dari wajahku. Orang
yang tak aku sadari memberikan setiap jerih payahnya menemaniku.Orang yang
bersedia berkorban hanya untukku. Orang yang rela menggandengku disaat aku
lemah utnuk berdiri. Iya, dia yang selalu membuatku merasa nyaman disaat aku
tersakiti. Dia, memang orang yang tepat. Sedangkan orang yang selama ini aku
kejar adalah orang yang salah
Sudah banyak
waktu aku menunggu untuk orang yang membuatku merasa kalau aku hanyalah debu
yang pernah hinggap dihidupnya. Aku tidaklah penting.
Sekian jam
aku menunggu dibawah hujan ini, aku menunggu orang yang dulu aku abaikan. Ada
jerit-jerit tangis yang mencekam ditenggorokanku. Ada rasa sakit yang lebih
lebih dari rasa sakit yang pernah aku rasakan. Ada rasa sesak yang membuatku
sulit bernafas. Ada rasa kekecewaan yang bertumpuk menjadi satu dalam hati ini.
Ada rasa menyesal yang tak sempat aku lakukan. Ada rasa benci pada diriku
sendiri karena aku terlalu sering mengabaikanmu.
Baru detik
ini, jantungku yang aku rasakan sakit tak terasa lagi. Orang yang aku
tunggu-tunggu, pergi bersama orang lain. Beberapa detik yang lalu mobilnya
dengan dingin melewat didepanku bersama seorang wanita duduk berdampingan
disampingnya. Mereka terlihat cocok. Meskipun aku melihat ungkapan penyesalan
dimatanya, aku masih bisa melihat ada kebahagiaan yang tercurah.
Jerit
tangisku pun berhenti disini. Meskipun rasa sakit ini menghilang bersama rasa
lega, namun tak pernah bisa bila denganya.Jujur, hal ini hal terbodoh. Menunggu
orang yang aku anggap salah padahal cinta mengatakan hal itu adalah hal yang
tepat.
Hahahaha.
Jadi, sekarang aku tak akan bisa bercerita lagi pada bulan dikala malam aku
sedih. Tak perlu ada tangisan yang harus aku lepaskan biar saja tangisku
berkumpul didalam sehingga aku bisa meluapkanya secara Cuma-Cuma nanti. Biar
saja aku terus merasa kesepian. Toh, sekarang aku percaya cinta memang tak
pernah tepat bila bukan waktunya.
Toh, burung
akan terus tersenyum bahkan tertawa mendengar keluh kesahku tiap hari akan
cinta yang benar-benar suci. Cinta tak pernah tepat bila Tuhan belum
menghendaki, cinta hanya menimbulkan kesakitan bila kita hanya egois. Tak ada
cinta yang tepat bila kita percaya pada orang yang salah. Tak ada cinta yang
salah bila kita mengalah pada orang yang tepat.
-The End-
Merkur 38c Review - Merkur 38C DE Safety Razor
BalasHapusMerkur 38c 메리트 카지노 주소 Review: Merkur 38C. 메리트카지노 Review of Merkur 38C. With its close eye towards safety 온카지노 and quality in mind, I'm just curious to see how this Rating: 4.6 · Review by Robert DellaFave