Tampilkan postingan dengan label sad story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sad story. Tampilkan semua postingan

Rabu, Maret 26, 2014

Terlalu nyaman di Friendzone:)


Sebenernya aku bingung selama ini aku dianggap apa sama kamu.
Sejujurnya, setelah sekian tahun aku kenal kamu, aku ngerasa ada sesuatu yang beda kalau aku ada dideket kamu.
Ada perasaan yang ngga bisa aku jelasin lewat kata-kata.
Perasaan itu, nyatu dan beda. Setelah sekian tahun kita habiskan hari-hari bersama, ngga ada hari-hari tanpa kamu. Ngga ada moment yang terlewat tanpa kamu. Ngga ada senyuman yang ngga beralasan kalau aku lagi sama kamu
Meskipun semuanya baru terasa hari ini, dan hari yang aku jalani sekarang.

Kita sahabatan, bukan sekedar sahabatan biasa. Kita udah sahabatan dari kecil.
Aku sayang kamu dan kamu juga pernah bilang kalau kamu sayang aku, sebatas sahabat.
Kamu selalu bilang kalau kamu satu-satunya cowo yang peduli sama aku dan aku tahu selama kamu ngomong pasti itu sebatas sahabat.
Kamu pernah bilang kalau aku satu-satunya cewek yang bisa bikin hari-hari kamu jadi lengkap.
Aku sama kamu sahabatan itu udah kayak sepatu sama talinya, kita saling bantu, kita saling melengkapi.

Jujur, telinga aku udah mau copot pas kamu selalu curhat tentang dia. Cewek itu, yang kamu kagumi dan selalu kamu bangga-banggakan setiap kamu ngobrol dan ngehabisin waktu bareng sama aku.

Jumat, Februari 14, 2014

"Kamu wanita, jangan pernah mau menunggu untuk seorang pria"

Jam masih terus berdetak, jantungku juga ikut berdetak cepat.
Entah telah berapa jam aku menunggu kedatangan seseorang yang aku tunggu.
Entah wajahku yang pucat ini masih bisa tersenyum lagi atau tidak.
Balutan sweater yang membalut tubuhku tak lagi hangat seperti awal aku memakainya dirumah.
Hujan sudah membasahi separuh tubuhku. Tanganku menjadi keriput, karena kedinginan.




Sudah beberapa hari aku habiskan berdiri dibawah hujan menunggu seorang lelaki yang aku harap akan datang.

Rabu, November 27, 2013

Ketika hati memutuskan untuk tak percaya pada seorang pria, lagi.



Bertemu denganya merupakan anugerah yang paling indah menurutku, dekat denganya adalah hal terbaik yang aku tahu, bersahabat denganya adalah hal ternyaman yang aku rasakan. Dan bersanding bersamanya kali ini, tak akan pernah aku lepaskan. Tapi melihatnya bahagia dengan yang lain.
Rela tak rela, harus mau kau lepaskan.

*********

"Kamu serius mau pergi? Yaudah, hati-hati ya. Sukses disana. Jangan lupa kabari aku kalau kamu pulang ke Indonesia! Eh, oleh-oleh juga jangan lupa ya?".

Kata-kata terakhir yang aku ucapkan kepadanya sebelum ia benar-benar pergi dari tanah Indonesia ini. Harusnya aku mencegahnya beberapa menit saja, seharusnya aku tidak berpaling dan menahan air mata yang perlahan mulai jatuh menuruni pipiku. Jangan berlari. Aku harusnya tidak tergesa-gesa sehingga aku bisa mencurahkan semua perasaan yang belum sempat aku bicarakan kepadamu selama ini.

Jerman.

Jerman yang aku tahu adalah negara yang jauh dan sangat jauh dari Indonesia. Aku tidak pernah menyadari bahwa Jerman adalah tempat yang ia pilih untuk melanjutkan studi-nya. Aku tidak pernah menyangka kalau Jerman adalah tempat yang ia putuskan untuk singgah beberapa tahun kedepan.
Kenapa harus Jerman? Kenapa kita harus terpisah sekian ribu kilometer? Kenapa aku tak bisa bertemu denganmu dalam waktu yang dekat lagi? Bahkan aku harus menunggu 4 tahun kedepan untuk bertemu denganmu.

Bertumbuh, sebuah proses.

Hiruk pikuk dan apa yang terjadi saat ini, dibanyak sela kehidupan; mengharuskan saya berpikir secara logis dan rasional. Saya merasa bahwa ...