Senin, April 29, 2013

Selalu ada cara untuk membenarkan hati

"Rumit ya kalau hubungan kita kaya gini. Kamu gak pernah peka!" tanganya lekas mencengkram tanganku.

Pandanganya tertuju padaku, kulihat ada kata yang ingin ia katakan namun tampak bibirnya membisu.
"Apa? Mau ngomong apa? Cepet ngomong! Aku cape!" tegasku sekali lagi, tanganya mencengkram lebih erat tanganku. Aku tak bertoleransi, aku jujur sudah lelah dengan semua sikap dinginya itu.

"Maaf." suara paraunya terucap polos. Sepatah kata maaf saja tak cukup bagiku, ia tak pernah memberi penjelasan tentang maaf yang sering ia ucap.

"Kamu bilang 'maaf' doang? Kamu tulus ga sih? Kamu tau ga? Aku pengen denger lebih dari itu. Kamu ga pernah jelasin apapun. sebenernya kita pacaran ga sih? Sebenernya kamu nganggap aku gak sih?" kata-kata itu lekas keluar dari mulutku. Aku tahu kata-kata itu dapat menggores hatinya, tapi apakah dia tahu tingkahnya selama ini menggores dan menggali lagi lukaku? Aku memandanginya tajam.
Lalu lintas di sore terik ini mendadak sunyi. Hanya terdengar suara deru napasnya dan napasku. Aku berdiam beberapa detik, berharap dan menunggu agar dia berbicara atau memberi penjelasan.

Beberapa detik...........
"Oke, sekarang aku mau ngomong." kata-kata itu keluar dari mulutnya. Aku menunggu-nya memberi penjelasan.
"Selama ini, maaf banget kalau sikap aku dingin. Tapi, kamu bisa nerima aku apa adanya kan din? Ini sifat aku, aku gatau kenapa. Aku pernah coba berubah cuma buat kamu. Tapi kamu nyadar ga kalau itu malah ngerubah diri aku sendiri. Aku bisa berubah, cuma aku ngerasa palsu."
Apa yang aku rasa kali ini benar polos. Baru kali ini ia berkata jujur seperti itu, lantang namun pasti. Air mataku perlahan jatuh tepat dipipiku, hatiku bergetar secara cepat. Pertanyaan-pertanyaan yang menimbun dihatiku semakin sini semakin terjawab.
Tanganya kemudian melepas cengkramanya padaku.

"Maaf, selama ini aku bikin ilfeel. Maaf selama ini aku bikin cuek. Maaf selama ini aku kurang perhatian. Maaf selama ini aku jahat sama kamu. Maaf selama ini aku gapernah bikin kamu seneng. Maaf aku ga bisa ngebahagiain kamu. Maaf aku selalu ngeselin buat kamu. Maaf aku ga pernah bisa buat kamu ngerasa kalau aku ada disisi aku dan Maaf kalau kamu ngerasa aku ga pernah bisa jadi pacar yang layak. Kamu tau ga, din? Aku ga bisa ngejelasin betapa banyaknya kata Maaf yang aku bilang ke kamu" air matanya turun perlahan. Baru kali ini aku melihat seorang pria menangis, langsung didepan mata. Meskipun bukan tangisan seperti disinetron, sejak saat itu aku tahu ketulusan hatinya melebihi apapun. Aku tahu kalau dia benar-benar mengatakan hal tersebut.

Tak ada kata lagi yang ingin aku katakan, sebenarnya perasaanku masih marah bercampur kesal. Kesal akan sikapnya yang selama ini aku rasa menggantungkanku.
"Apa susahnya kamu ngomong dari dulu? Apa susahnya kamu ga nyuekin aku kaya gini?" aku menyeringai.
"Kamu ndak pernah ngerti. Kadang perasaan perlu waktu.".

Aku baru ngerti, selama ini dia menjalankan semuanya tanpa perasaan. Dia mengulur waktu. Menunggu agar hatinya bisa menerima. Lantas selama ini, aku hanya dipermainkan belaka? Mengapa kita mengawali kalau akhirnya akan jadi begini? Kenapa baru sadar sekarang.

"Selama ini kamu ga pernah bisa nerima aku apa adanya?"aku mencoba lebih kuat.
"Aku nerima kamu, lebih dari yang kamu tahu. Aku cuma minta waktu biar hati aku bisa nerima kamu lebih, ndin"
"Terus selama ini aku sayang kamu dan kamu ngga? gitu?"
"Bukan gitu, dari dulu aku sayang kamu. Tapi, kamu ngertikan kalau keadaan aku emang gini. Aku sulit jatuh cinta, aku sulit untuk benar-benar cinta sama kamu. Tapi sekarang, aku tahu kalau kamu satu-satunya orang yang bisa buat aku jatuh cinta."

Benar, perasaan yang terlalu cepat tak pernah bisa dipaksakan. Perasaan yang mulai muncul kini terjawab. Mencintai seseorang memang mudah namun, membuatnya jatuh cinta cukup sulit. Aku kini tahu rasanya cinta bertepuk sebelah tangan namun kemudian rasa cinta mulai tumbuh saat kita mulai lelah.
"Aku cukup lelah sepanjang beberapa bulan ini. Aku rasa aku hilang rasa kamu. Makin sini aku ngga ngerti hubungan kita kaya gimana" kata-kata yang terkubur itu akhirnya muncul dari mulutku.
Bisa dikatakan, perasaan seseorang bisa dengan mudahnya muncul namun dengan mudahnya hilang, juga. Aku tak berharap lebih, karena aku telah mendengar semua yang dia katakan.
Bukankah cinta masih bisa muncul meskipun kamu hilang asa?

"Mungkin beribu-ribu maaf bisa dijelaskan. Namun apa artinya bila maaf diucapkan tanpa ketulusan hati? Hari ini, disini aku pengen kamu selalu ada disisiku Andin. Aku tulus sayang dan mencintai kamu. AKu berubah, aku akan berubah. Berubah bukan karena kamu. Berubah karena aku tahu selama ini aku salah dimata kamu. Selama ini aku ga pernah bisa ngebohongin perasaan aku ke kamu. Aku bodoh. Bodoh karena telah menyia-nyiakan wanita yang jelas mencintai aku dengan perasaanya yang lebih-lebih.
Andin, mau kan kita ngebenerin hubungan kita lagi? Aku janji, aku bakal lebih-lebih sayang sama kamu. Aku janji aku bakal lebih ngerti perasaan kamu."

Rasa yang menghilang ini, perlahan datang kembali. Menimpaku. Membuatku merasakan bahwa kali ini dia telah berubah. Tak ada alasan aku untuk menolak. Tak ada alasan aku mengabaikanya.
Dengan mantap aku menjawab "YA"

Ternyata selama ini selalu ada cara untuk membangun hati kembali bila kita saling berbicara.
Selalu ada cara untuk berkomunikasi dengan benar.
Selalu ada cara untuk menunjukan rasa sayang meskipun banyak hati yang sudah tak peka.
Karena, disana selalu ada cara untuk membenarkan rasa kembali pastinya selalu ada cara untuk membuat hati bahagia kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bertumbuh, sebuah proses.

Hiruk pikuk dan apa yang terjadi saat ini, dibanyak sela kehidupan; mengharuskan saya berpikir secara logis dan rasional. Saya merasa bahwa ...