"Rumit ya kalau hubungan kita kaya gini. Kamu gak pernah peka!" tanganya lekas mencengkram tanganku.
Pandanganya tertuju padaku, kulihat ada kata yang ingin ia katakan namun tampak bibirnya membisu.
"Apa? Mau ngomong apa? Cepet ngomong! Aku cape!" tegasku sekali lagi, tanganya mencengkram lebih erat tanganku. Aku tak bertoleransi, aku jujur sudah lelah dengan semua sikap dinginya itu.
"Maaf." suara paraunya terucap polos. Sepatah kata maaf saja tak cukup bagiku, ia tak pernah memberi penjelasan tentang maaf yang sering ia ucap.
"Kamu bilang 'maaf' doang? Kamu tulus ga sih? Kamu tau ga? Aku pengen denger lebih dari itu. Kamu ga pernah jelasin apapun. sebenernya kita pacaran ga sih? Sebenernya kamu nganggap aku gak sih?" kata-kata itu lekas keluar dari mulutku. Aku tahu kata-kata itu dapat menggores hatinya, tapi apakah dia tahu tingkahnya selama ini menggores dan menggali lagi lukaku? Aku memandanginya tajam.
Lalu lintas di sore terik ini mendadak sunyi. Hanya terdengar suara deru napasnya dan napasku. Aku berdiam beberapa detik, berharap dan menunggu agar dia berbicara atau memberi penjelasan.
Beberapa detik...........
"Oke, sekarang aku mau ngomong." kata-kata itu keluar dari mulutnya. Aku menunggu-nya memberi penjelasan.
"Selama ini, maaf banget kalau sikap aku dingin. Tapi, kamu bisa nerima aku apa adanya kan din? Ini sifat aku, aku gatau kenapa. Aku pernah coba berubah cuma buat kamu. Tapi kamu nyadar ga kalau itu malah ngerubah diri aku sendiri. Aku bisa berubah, cuma aku ngerasa palsu."
Pandanganya tertuju padaku, kulihat ada kata yang ingin ia katakan namun tampak bibirnya membisu.
"Apa? Mau ngomong apa? Cepet ngomong! Aku cape!" tegasku sekali lagi, tanganya mencengkram lebih erat tanganku. Aku tak bertoleransi, aku jujur sudah lelah dengan semua sikap dinginya itu.
"Maaf." suara paraunya terucap polos. Sepatah kata maaf saja tak cukup bagiku, ia tak pernah memberi penjelasan tentang maaf yang sering ia ucap.
"Kamu bilang 'maaf' doang? Kamu tulus ga sih? Kamu tau ga? Aku pengen denger lebih dari itu. Kamu ga pernah jelasin apapun. sebenernya kita pacaran ga sih? Sebenernya kamu nganggap aku gak sih?" kata-kata itu lekas keluar dari mulutku. Aku tahu kata-kata itu dapat menggores hatinya, tapi apakah dia tahu tingkahnya selama ini menggores dan menggali lagi lukaku? Aku memandanginya tajam.
Lalu lintas di sore terik ini mendadak sunyi. Hanya terdengar suara deru napasnya dan napasku. Aku berdiam beberapa detik, berharap dan menunggu agar dia berbicara atau memberi penjelasan.
Beberapa detik...........
"Oke, sekarang aku mau ngomong." kata-kata itu keluar dari mulutnya. Aku menunggu-nya memberi penjelasan.
"Selama ini, maaf banget kalau sikap aku dingin. Tapi, kamu bisa nerima aku apa adanya kan din? Ini sifat aku, aku gatau kenapa. Aku pernah coba berubah cuma buat kamu. Tapi kamu nyadar ga kalau itu malah ngerubah diri aku sendiri. Aku bisa berubah, cuma aku ngerasa palsu."